Banyak orang menyangka bahwa cinta diperoleh ketika sebelum menikah,
menurut mereka saling berkenalan antara satu sama lain, mereka bergurau senda,
bermesra, berkasih sayang, dan melakukan apa yang diharamkan oleh Allah Subhanahu Wata’ala sebelum dari
akad dan pernikahan. Maka sesungguh nya apa yang difikirkan oleh kebanyakan
dari pada manusia itu adalah sesuatu yg dilarang oleh Allah swt dan diharamkan
kerana ia perbuatan yang menghampiri zina. Dan apabila kita mengikut perjalanan
hidup manusia tanpa ilmu yang benar, kita akan lebih mudah terjurus kelembah
kesesatan dan kemaksiatan.
“Dan
janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan
yang keji. Dan suatu jalan yang buruk” (Surah Al-Isra’, 17:32).
“Dan
jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka
akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti
persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).”
(Surah al-An’am, 6:116).
Karena pada masa mereka yang disebut sebagai berpacaran/couple, adalah
masa yang sangat sulit untuk mengenal pasti kejujuran dan memahami kepribadian,
pada masa itu lah pasangan masing-masing sedang menjadi pelakon terbaik,
melakukan penyamaran yang amat tersembunyi terhadap pasangannya.
Maka,
oleh sebab itu kita tidak melihat banyaknya terjadi kegagalan dalam membangun
rumah tangga seperti pasangan yang mendirikan rumah tangga nya dengan
berpacaran, bahkan banyak pula diantara mereka gagal sebelum sampai kehari
pernikahan, atas desakan nafsu yang meronta-ronta dan kemudian ia mengorbankan
segalanya termasuk kehormatan dirinya.
Mengapa
ini terjadi?, mengapa perkawinan yang didirikan atas dasar berpacaran tidak
akan bertahan lama?, Kerana apa yang selama ini ditutupi telah tersingkap,
kerana perkahwinan yang seharusnya menjadi luar biasa menjadi biasa, maka nyata
emas dari loyang telah jelas benang dan suteranya. Tidak mungkin mawaddah dan
rahmah yg begitu mulia dan indah bisa tumbuh dengan sempurna kecuali dalam
pernikahan yang sah dan cinta yang dibangun selepas pernikahan.
Seharusnya,
setelah menikah baru muncul mawaddah dan mahabbah. Setelah menikah baru timbul
rasa kasih sayang. Ini sejalan dengan Kalamullah yang mengatakan hanya dengan
selepas pernikahan, maka Allah SWT akan menjadikan rasa cinta, kasih dan sayang
kepada suami dan isteri.
“Dan
di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri
dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir” (Surah Ar-Ruum,
30:21)
Ibnu
Kathir r.a berkata, “Dia menjadikan antara mereka berdua mawaddah yaitu
mahabbah atau cinta dan rahmah yaitu kasih sayang, seorang laki-laki
memperisterikan dan bertahan dengan isterinya dan kerana cinta kepadanya atau
rasa kasih sayang sebab lahirnya anak dari rahim isterinya, atau sang isteri
menuntut nafkah darinya, atau kerana kesamaan sifat antara mereka berdua atau
kerana sebab lainnya. (Tafsir al-Qur’anul ‘Azim, Tahqiq:sami Muhammad Salamh,
Juz 6/309 Dar Thaybah, cet. II Riyadh)
Ibnu
Qayyim r.a berkata, “Seseorang tidak dicela dalam kasih sayang dan mabuk cinta terhadap
isterinya, kecuali kasih sayang tersebut menyibukkan dirinya dari mencintai
yang lebih bermanfaat yaitu cinta kepada Allah Subhanahu Wata’ala dan RasulNya
atau mempersempitkan kecintaannya kepada Rasulullah SAW. Kerana semua kecintaan
yang menyempitkan kecintaan terhadap Allah Subhanahu Wata’ala dan
RasulNya, sekiranya dapat melemahkan atau mengurangi kecintaan tersebut, maka
ia tercela. Jika akan memperkukuh kecintaan kepada Allah SWT dan RasulNya dan
menjadi sebab kekuatannya, maka ia terpuji”
Cinta
yang bermanfaat terbagi kepada tiga:Cinta kepada Allah, Cinta kerana Allah dan
Cinta terhadap sesuatu yang dapat membantu kepada ketaatan kepada Allah SWT dan
menjauhi maksiat kepadaNya.
Cinta
yang mudharat terbagi kepada tiga juga:Cinta bersama Allah, Cinta terhadap apa
yang dimurkai Allah, dan Cinta terhadap semua yang dapat memutuskan kecintaan
Allah atau menguranginya. Ini lah enam pembahagian cinta yang menjadi asas dan
dasar cinta semua manusia. Kecintaan kepada Allah SWT yang berasal dari cinta yang bermanfaat tadi
adalah dasar segala cinta yang terpuji dan ia menjadi dasar iman, tauhid dan
dua bahagian lainnya hanya sebagai pelengkap sahaja.
